Oleh: Santi Andriani
gayahidup - Rabu, 19 Maret 2014 | 08:24 WIB
Jakarta- Semua orang, baik pria atau wanita pasti
mengalami stres, tapi dampaknya bisa berbeda-beda. Stres membuat pria
lebih egois, sementara pada wanita stres membuat mereka lebih sosial.
"Ada
batas halus antara kemampuan engidentifikasi dengan orang lain dan
mengambil perspektif mereka. Seperti bersifat empatik dan ketidakmampuan
untuk membedakan antara diri dan orang lain, sehingga bertindak
egosentris," kata penulis studi Dr Giorgia Silani dari Sekolah
Internasional untuk Studi Lanjutan (Sissa) di Trieste, Italia yang
bekerja sama dengn peneliti dari Universitas Freiburg di Jerman dan
Universitas Vienna.
Tim meminta respoden melakukan beberapa hal yang bisa memicu stres. Seperti berbicara di depan umum dan menjawab soal matematikan dengan perhitungan di kepala mereka (tanpa coret-coretan di kertas). Mereka kemudian juga harus meniru gerakan tertentu, mengidentifikasi emosi mereka dan orang lain dan menilai sesuatu dari perspektif orang lain.
"Apa yang kami amati adalah bahwa stres memperburuk kinerja laki-laki, sementara pada tingkat psikososial, perempuan lebih banyak menerima dukungan eksternal sehingga mampu berinteraksi dengan orang lain lebih baik," lanjut Silani seperti melansir nydaily, Rabu (19/3/2014).
Pada tingkat fisiologis, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh oksitosin, hormon yang berhubungan dengan perilaku sosial. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa perempuan menghasilkan lebih banyak oksitosin dalam situasi stres daripada pria. [mor]
dikutip dari : inilah.com
Tim meminta respoden melakukan beberapa hal yang bisa memicu stres. Seperti berbicara di depan umum dan menjawab soal matematikan dengan perhitungan di kepala mereka (tanpa coret-coretan di kertas). Mereka kemudian juga harus meniru gerakan tertentu, mengidentifikasi emosi mereka dan orang lain dan menilai sesuatu dari perspektif orang lain.
"Apa yang kami amati adalah bahwa stres memperburuk kinerja laki-laki, sementara pada tingkat psikososial, perempuan lebih banyak menerima dukungan eksternal sehingga mampu berinteraksi dengan orang lain lebih baik," lanjut Silani seperti melansir nydaily, Rabu (19/3/2014).
Pada tingkat fisiologis, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh oksitosin, hormon yang berhubungan dengan perilaku sosial. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa perempuan menghasilkan lebih banyak oksitosin dalam situasi stres daripada pria. [mor]
dikutip dari : inilah.com
0 Comments:
Posting Komentar