7 Tanda
Kebahagiaan Dunia
Ibnu Abbas ra adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang terkenal
dengan julukan Turjumaanul Qur’an (orang yang paling ahli dalam menerjemahkan
Alquran). Beliauh sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW.
Ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, maka pada usia 9
tahun Ibnu Abbas telah hafal Al Quran dan telah menjadi imam di masjid. Ia
pernah didoakan Nabi dua kali, saat didekap beliau dan saat ia melayani
Rasulullah dengan mengambil air wudhu. Rasul berdoa, ''Ya Allah pahamkanlah
(faqihkanlah) ia.'' (HR. Muslim).
Sejak kecil Ibnu Abbas sudah menunjukkan kecerdasan dan
semangatnya dalam menuntut ilmu. Sepeninggal wafat Nabi, ghiroh Ibnu Abbas
menuntut ilmu tak menjadi surut.
Tanpa bosan ia mendatangi satu per satu sahabat untuk sekadar
bertanya berbagai perkara yang belum diketahuinya. Alhasil, dalam waktu singkat
Ibnu Abbas digelari sebagai faqih al ashr (faqih di masanya) dan imam al
mufassirin (penghulu ahli tafsir).
Ibnu Abbas juga berjuluk al bahr (lautan ilmu). Seiring perjalanan
waktu, penglihatan Ibnu Abbas mulai berkurang hingga ia wafat di kota Thaif. Musnad
Abdullah Ibnu Abbas mencapai 1.660 hadits. 75 hadits diantaranya disepakati
oleh Bukhari dan Muslim (Muttafaq ‘alaihi). Bukhari meriwayatkan 120 hadits
sedang Muslim sebanyak 9 hadits.
Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah para
Sahabat) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas
menjawab bahwa ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Pertama, Hati yang selalu bersyukur.
Artinya selalu menerima apa yang telah Allah SWT berikan dengan
ikhlas apapun bentuknya. Agar dapat selalu bersyukur, maka mestilah kita
memahami ayat. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (QS.
Al Mu’minun, 23 : 1)
Mengapa beruntung?. Karena setiap peristiwa apapun itu yang
ditimpakan oleh Allah terhadap hambanya yang beriman adalah sebuah
keberuntungan bagi dirinya. Apapun bentuknya. Tetapi kuncinya jika hambanya
ikhlas. Ikhlas dalam artian memurnikan. Ilustrasinya jika dia diberikan
kesenangan, orang yang beriman akan ikhlas dan bersyukur dengan memuji Allah,
berdoa serta membagikan rizki, kesenangan atau nikmatnya kepada hamba-hamba
lainnya.
“Dan terhadap nikmat tuhanMU, maka hendaklah kamu sebarkan. (QS.
Ad Dhuha, 93 : 11) Karena itu Allah pun akan menambah rizkinya bagi orang-orang
yang pandai bersyukur. "Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azab KU
sangatlah pedih." (QS. Ibrahim, 14 : 7) Dan jika Allah menimpakan musibah
kepadanya, maka merekapun bersimpuh, berdoa memohon kepadaNYA agar musibah
tersebut menjadi penghapus dosa-dosanya, serta menjadikan mereka hamba-hamba
yang selalu mengingat Allah.
Dalam hadits yg diriwayatkan Imam Muslim (shahih muslim no. 4673)
dinyatakan bahwa : Rasulullah bersabda "janganlah kamu sekalian terlalu
bersedih & tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang
menimpa seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan bencana kecil yg
menimpanya atau karena sebuah duri yg menusuknya."
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi
hati yang selalu bersyukur. berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Kedua, pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan
keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam
keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya
kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang
sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi
muslim yang sholeh.
sebaliknya pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki
kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suami dan anak-anaknya.
Pasangan hidup yang saleh. ia menciptakan suasana rumah teduh dan menurunkan
keluarga yang saleh pula. indah dan menentramkan. para peneliti membuktikan,
kesalehan (inner beauty) adalah 2/3 faktor penentu kebahagiaan hidup, sedangkan
kecantikan atau ketampanan dan kekayaan hanyalah 1/3 darinya. Maka
berbahagialah menjadi seorang suami/istri yang memiliki seorang suami/istri
yang sholehah.
Ketiga, anak yang sholeh.
Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati maka
terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim)
Saat Rasulullah SAW thawaf. Rasulullah bertemu dengan seorang anak
muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasul bertanya kepada
anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah,
saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat
mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia.
Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat,
atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu
anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam
orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh
Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist
tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup
untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa
memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada
orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak
yang sholeh.
Keempat, lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur)." (QS. At Taubah, 9 :
119)
Nabi SAW juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang
yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
“Seseorang yang
duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat
harumnya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan
atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
(HR. Bukhari)̢̢۬۬
Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika
kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami
prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani
hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat.
Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat
beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti
dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang .̢̢۬۬Itulah pentingnya
bergaul dengan orang-orang sholeh, dapat kembali membangkitkan semangat
keimanan sehingga kita pun dapat menularkan nuansa kebaikan kepada lingkungan
sekitar kita.
Kelima, harta yang halal.
Harta yang halal. yang terpenting dalam Islam kualitas harta,
bukan kuantitas harta. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk
kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah
bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa
sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan
tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya
sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari
hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi
ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan
teliti menjaga kehalalan hartanya.
Keenam, semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami
ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, semakin cinta ia kepada agamanya,
semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan
memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang
“hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, umur yang barokah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin
sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Umur yang dalam
kesehariannya selama 24 jam adalah menjadi nilai ibadah. Seseorang yang mengisi
hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi pada
bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan
terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia
tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang
mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal
ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Allah SWT.
Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah
orang-orang yang umurnya barokah.
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator
kebahagiaan dunia.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena
yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human
Quotient)
Twitter: @erickyusuf
DIKUTIP DARI : REPUBLIKA.CO.ID,
Redaktur: Heri Ruslan
Sabtu, 21 Juli 2012, 05:10 WIB
centralasiaonline.com
0 Comments:
Posting Komentar