Posted on 2014-05-14 10:25, by in Mengenal Islam
dikutip penuh dari : www.elhooda.net
Al-Musthafa adalah istilah yang mengandung makna spesial. Secara bahasa al-musthafa dapat diartikan sebagai manusia pilihan. Manusia yang posisinya mengatasi segala kelompok manusia lainnya. Jika diibaratkan dalam sebuah perlombaan maka dimulailah dengan babak penyisihan. Mereka yang lolos dari penyisihan akan melaju ke babak perempat final, mereka yang lolos dari perempat final itulah namanya al-mujtaba, dan mereka yang memenangi pertandingan ialah al-musthafa.
Demikian perumpamaan ini untuk mempermudah memahami betapa tingginya tingkatan al-musthafa. Namun boleh saja Allah swt memilih Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa tanpa melalui proses tersebut. Karena apapun dan bagaimanapun Allah swt adalah Yang Maha Paling Kuasa.
Begitulah Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa memiliki kelebihan dan keistimewaan. Diantara kelebihan dan keistimewaan itu adalah perjalanan Rasulullah saw yang dikenal dengan isra’ dan mi’raj. Sebagai sebuah momentum, isra’-mi’raj dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sesuai dengan kacamata masing-masing. Para ilmuan memandng isra’-mi’raj dari sisi ilmiah. Para filusuf membahas isra’-mi’raji dari teori filsafat, begitu juga para ahli kalam berdebat tiada putusnya mengenai isra’-mi’raj Rasulullah saw.
Demikianlah keabsahan memandang isra’-mi’raj dari berbaga perspektif, tetapi sebaik-baik perspektif adalah yang mampu menambah keimanan. Demikianlah serial isra’ mi;raj ini akan menghadirkan berbagai kejadian perjalanan Rasulullah saw yang dimulai dengan Buraq sebagai wahana transportasinya.
Adapun mengenai bentuk Buraq Rasulullah saw menyinggungnya dalam sebuah hadits yang berbunyi;
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت بالبراق – وهو دابة أبيض طويل فوق الحمار ودون البغل يضع حافره عند منتهى طرفه …الحديث
Dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku diberi Buraq dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari keledai tapi lebih kecil dari bighal yang satu tanduknya terdapat dipucuk kepalanya …
Demikianlah, setelah Allah swt mensucikan Rasulullah saw secara lahir dan bathin yang dilakukan dengan membasuh jasmaninya menggunakan air zam-zam, Allah pun mengisi jiwa Rasulullah saw dengan ilmu, hikmah, iman dan keyakinan. Karena merupakan syarat mutlaq menghadap kehadirat-Nya.
Di malam yang ditentukan itu, segalanya sudah diataur dengan rapi. Telah disiapkan untuk perjalanan rasulullh saw sebuah Buraq yang siap mengantar dengan cepat kebeberapa titik pemberhentian sesuai dengan jadwal. Buraq adalah kendaraan yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi super cepat yang membawa Rasululah saw dari Makkah ke Baitul Maqdis seperti kilat. Dalam sebuah hadits diterangkan:
Namun, pada mulanya Buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah saw. Tetapi Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata “Wahai Buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia”. Barulah buraq memahami posisinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar pilihan-Nya yaitu Muhammad al-Mustahafa. Maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh ta’dhim kepada Rasulullah saw. Kemudain mereka (Rasulullah saw, Jibril dan Buraq) bertiga berangkat bersama menuju Baitul Maqdis. Sebagaimana diterangkan dalam hadits
عن عبد الله ابن مسعود رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت بالبراق فركبت خلف جبريل عليه السلام فسار بنا, اذا ارتفع ارتفعت رجلاه, واذا هبط ارتفعت يداه … الحديث
Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku telah disediakan Buraq, akupun duduk di belakang Jibril dan berangkatlah bersama. Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat ke atas, dan ketika turun kedua tangannya yang diangkat.
Di tengah perjanalan, diperlihatkan kepada Rasulullah saw berbagai fenomena yang sarat makna. Walupun itu hanya sekelebat saja, karena cepatnya laju Buroq, tetapi mengandung pelajaran yang mendalam. Sempat Rasulullah saw dalam perjalanan itu melihat orang tua renta sebagai isyarat umur dunia ini yang sebanding dengan sisa umur orang tua itu. Rasulullah juga diperlihatkan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, sebagai tanda mereka yang berat melaksanakan shalat, juga para pezinah, pembangkang zakat, penghianat dan tukang fitnah.
Semua ditunjukkan kepada rasulullah saw sebagai isyarat model kehidupan yang harus siap-siap dihadapi dalam dunia kenyataan selama bertugas sebagai utusan Allah swt.
Di tengah perjalanan Rasulullah saw dari Makkah menuju Baitul Maqdis, tiba-tiba jibril mengintruksikan kepada Buraq untuk berhenti di suatu tempat dan mempersilahkan Rasulullah saw turun untuk bersembahyang. Setelah itu Jibril menerangkan bahwa tempat ini nantinya akan menjadi tujuan hijrah-mu, inilah kota yang akan dikenal dengan sebuatan Madinah. Nabipun tidak terlalu banyak bertanya. Jibril selaku penunjuk jalan mengisyaratkan bahwa perjalanan akan segera dilanjutkan, dan Rasulullah saw dipersilahkan untuk naik kembali ke tempat semual.
Beberapa saat kemudian, Jibril kembali memberhentikan perjalanan. Dia menunjukkan bahwa tempat inilah yang disebut dengan kota madian. Kota bersejarah bagi nabi Musa a.s. Kembali Jibril menganjurkan Rasulullah saw untuk melakukan sembahyang di tempat tersebut. Setelah itu perjalanan kembali dilanjutkan.
Setelah sampai di sebuah gunung buraqpun kembali berhenti dan Jibri menerangkan bahwa gunung ini adalah satu-satunya gunung yang terpilih sebagai tempat dimana Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa as. Maka segeralah Nabi Muhammad saw mendirikan shalat di sana.
Pemberhentian keempat kalinya terjadi di Betlehem (baitullahmi) tempat kelahiran Nabi Isa as. Seperti ketiga tempat lainnya Rasulullah saw pun dianjurkan Jibril untuk bersembahyang di sana. Tidak diterangkan dengan lengkap berapa raka’at Rasulullah saw mendirikan shalat dalam keempat pemberhentian tersebut. Tetapi momentum ini menunjukkan kepada umatnya betapa pentingnya napaktilas dan berziarah ke tempat-tempat bersejarah. Karena sejarah mengandung satu pelajaran yang tidak bisa diajarkan oleh yang lain.
Dan terakhir Rasulullah saw berhenti di Baitul Maqdis, di sana Rasulullah saw melaksanakan jama’ah bersama para nabi, para rasul dan juga para malaikat. Dalam sekejap mata setelah Rasulullah saw sampai di Baitul Maqdis para nabi, rasul dan malaikat berkumpul. Kemudian dikumandangkanlah adzan dan iqamat. Mereka yang datang berbaris rapi bershaf-shaf. Lalu Jibril mempersilahkan Rasulullah saw menjadi imam. Begitulah setelah shalat dengan berjama’ah para nabi dan rasul memuji kepada Allah atas karunia dari-Nya. Begitu juga Rasulullah saw mengucap tasbih atas karunia yang istimewa yang tidak diperoleh nabi dan rasul lainnya.
Baitul Maqdis adalah pelabuhan terakhir isra’nya (perjalanan malam) Rasulullah saw sebelum kemudian dimi’rajkan Allah ke Shidratil Muntaha. Baitul Maqdis seolah memiliki jalur utama yang dapat menghubungkan dunia ini dengan pintu langit. Dikatakan demikian karena di sanalah para nabi dan rasul itu turun, dan dari sanalah Rasulullah saw akan memulai mi’rajnya.
Adapun mengenai shalat Jama’ah bersama para nabi dan rasul dan Muhammas saw sebagai Imamnya merupakan sebuah bukti bahwa mereka para nabi dan rasul itu menjadikan Rasulullah saw sebagai wasilah menuju Allah swt. Mereka para nabi dan rasul itu menjadikan Rasulullah saw sebagai penghubung kepada Allah swt, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Maidah ayat 35:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Demikianlah kepemimpinan Rasulullah saw sebagai imam dalam shalat ini menunjukkan pengakuan para nabi dan rasul itu akan syariat islam yang sempurna yang dibawa oleh Rasulullah saw, nabi sekaligus rasul pungkasan. Mengenai jama’ah itu sendiri sungguh tidak dapat dipungkiri fadhilannya, jika para nabi, rasul dan malaikat saja berjama’ah.
0 Comments:
Posting Komentar