Suatu survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan dan aktuaria
internasional, Milliman, terhadap para eksekutif asuransi jiwa di 10
negara anggota ASEAN, kecuali Laos, mengungkapkan bahwa 70 persen dari
mereka merasa seluruh negara anggota akan diuntungkan. Menurut mereka
negara yang akan mendapat keuntungan terbesar adalah Singapura (47%),
Indonesia (17%) dan Myanmar (14%). Meski demikian, 20% dari responden
memperkirakan bahwa beban persaingan akan kian meningkat.
Menurut Handi Kurniawan, pakar Sumber Daya Manusia sekaligus penulis
buku Go Global: Guide to a Successful International Career, para pekerja
Indonesia tidak perlu ragu untuk bersaing dengan para pekerja asing.
“Namun pekerja kita perlu meningkatkan kualifikasi internasionalnya agar
dapat terus berkompetisi dengan baik. Dengan daya saing yang tinggi,
pekerja Indonesia juga bisa menembus karier di luar negeri dan meraih
sukses, atau apabila tetap bekerja di Indonesia pun, kita menjadi
leader, bukan hanya menjadi follower,” ujar Handi.
Ia juga menambahkan, sebagai orang Indonesia kita memiliki empat
kekuatan penting yang bisa menjadi modal untuk bersaing di era
globalisasi:
1. Dealing with uncertainties.
Dunia
bisnis maupun berbagai aspek kehidupan seringkali bergejolak dan
membutuhkan sikap yang fleksibel serta mampu melihat peluang. Orang
Indonesia terbiasa hidup dalam ketidakpastian & situasi yang tak
terprediksi. Misalnya kita sering sekali menghadapi pemadaman lampu,
kemacetan hebat, kereta yang terlambat. Bagi pekerja asing, hal-hal
seperti ini tentu sangat mengganggu mood dan performa mereka bila
terjadi mendadak. Bagi orang Indonesia, ketidakpastian ini menjadi
makanan sehari-hari sehingga selalu dapat memikirkan back-plan serta
toleransi yang tinggi.
2. Resilience & “Untung” mind-set.
Orang
Indonesia memiliki sifat tabah, pejuang hidup, dan selalu merasa
untung. Dalam keadaan sesulit apapun, kita masih berusaha melihat sisi
positif dan tetap melangkah maju meski menghadapi hambatan yang besar.
Ungkapan yang sering kita dengar, “Untung banjirnya hanya semata kaki”
atau “Untung macetnya hanya 1 jam…”. Hal ini sepatutnya mencerminkan
sikap optimisme orang Indonesia.
3. Diversity.
Orang Indonesia sangat terbiasa dengan keanekaragaman dalam
pergaulan. Dengan lebih dari 17,000 pulau dengan berbagai ragam suku dan
budaya, orang Indonesia seharusnya bisa menghargai perbedaan, belajar
dan bekerja sama dengan berbagai macam orang. Kemampuan beradaptasi yang
tinggi di mana saja menjadi modal penting bagi kita untuk menembus
sekat komunikasi. Demikian pula semestinya orang Indonesia dapat bekerja
sama dengan orang dari berbagai negara.
4. Creative.
Dengan ragam budaya dan tradisi dari Sabang sampai Merauke, orang
Indonesia memiliki referensi yang kaya dalam berkreasi di bidang seni:
musik, tarian, kuliner, film, dll. Kreativitas ini juga dapat dituangkan
dalam dunia pekerjaan apa pun untuk berkarya.
Dalam
buku Go Global: Guide to a Successful International Career (bahasa
Indonesia) yang diluncurkan pada 24 Juni 2014, Handi Kurniawan juga
memaparkan aspek-aspek yang perlu disiapkan untuk membangun kualifikasi
internasional, berkarier global, jurus menguasai dinamika pergaulan
global serta rahasia mewujudkan impian meraih sukses berkarier tanpa
meninggalkan akar budaya yang menjadi ciri khas kita.
Bukan berisi teori belaka, Handi memberikan berbagai tip praktis dan
contoh mendapatkan peluang bisnis, exposure dan sukses dalam karier
international. Tak hanya bermanfaat sebagai panduan bagi para
profesional, Go Global: Guide to a Successful International Career juga
bisa memberi pandangan-pandangan yang menarik bagi mereka yang bergerak
di dunia bisnis. (bn/sukmainspirasi.com)
0 Comments:
Posting Komentar