KOLEKSI PUISI KH. MUSTOFA BISRI
(1)
IBU
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
sekian lama
Kaulah kawah
darimana aku meluncur dengan perkasa
tempatku bertapa bersamamu
sekian lama
Kaulah kawah
darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
yang menjaga lurus horisonku
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
menyampaikan kasih sayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
(Amiinn)
(2)
Judul : BAGAIMANA
Oleh: KH A Mustofa
Bisri
Bagaimana kau hendak
menulis puisi dengan apa?
Huruf-huruf dan
kata-kata telah aus
Digunakan terus
menerus
Oleh tikus-tikus yang
rakus
Meruapkan bau kakus
Bagaimana kau hendak
menulis dengan apa?
Orang-orang tak
bersukma
Yang nuraninya
matirasa
Terus menerus
mempergunkannya
Untuk menyembunyikan
borok mereka
Bertapa sajalah
Seperti rumput
Bersama rumput
Siapa tahu esok pagi
Burung-burung bersedia
lagi
Mengajari menyanyi
Sementara kalian
berbagi
Embun pagi
(3)
Oleh: KH A Mustofa Bisri
o, damaiku, o resahku
o teduhku, o terikku
o gelisahku, o tentramku
o, penghiburku, o fitnahku
o harapanku, o cemasku
o tiraniku,
selama ini
aku telah menghabiskan umurku
untuk entah apa. di manakah
kau ketika itu, o, kekasih ?
mengapa kau tunggu hingga
aku lelah
tak sanggup lagi
lebih keras mengetuk pintumu
menanggung maha cintamu ?
benarkah
kau datang kepadaku
o, rinduku,
benarkah ?
(4)
Judul : GURUKU
Oleh: KH A Mustofa
Bisri
Ketika aku kecil dan
menjadi muridnya
Dialah di mataku orang
terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan
menjadi pintar
Kulihat dia begitu
kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga
guru
Ataukah kini aku tak
tahu
Menghargai guru?
(5)
JUDUL : MELIHATMU
Oleh: KH A Mustofa Bisri
aku melihatmu
tersenyum bersama embun pagi
aku melihatmu
bernyanyi bersama burung-burung
aku melihatmu
bergerak bersama mentari bersama angin dan mega-mega
aku melihatmu
terbang bersama sekumpulan burung gereja
aku melihatmu
berenang bersama ikan-ikan dan lumba-lumba
aku melihatmu
meratap bersama mereka yang kelaparan
aku melihatmu
merintih bersama mereka yang kehausan
aku melihatmu
mengaduh bersama mereka yang kesakitan
aku melihatmu
berdendang bersama ibu yang meninabobokkan anaknya
aku melihatmu
melangkah bersama hamba yang berjuang menggapai citanya
aku melihatmu dalam gelap
aku melihatmu dalam terang
aku melihatmu dalam ramai
aku melihatmu dalam senyap
aku melihatmu
kau melihatku.
(6)
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Di mukamu ada sebuah
rongga
Ada giginya ada
lidahnya
Lewat rongga itu semua
bisa
kau masukkan ke dalam
perutmu
Lewat rongga itu semua
bisa kau tumpahkan
Lewat rongga itu air
liurmu bisa
meluncur sendiri
Dari rongga itu
Orang bisa mencium bau
apa saja
Dari wangi anggur
hingga tai kuda
Dari rongga itu
Mutiara atau sampah
bisa masuk bisa keluar
Membuat langit cerah
atau terbakar
Dari rongga itu
mata air jernih bisa
kau alirkan
Membawa kesejukan
kemana-mana
Dari rongga itu
Kau bisa menjulurkan
lidah api
Membakar apa saja
Dari rongga itu
Bisa kau perdengarkan
merdu burung berkicau
Bisa kau perdengarkan
suara bebek meracau
Dari rongga itu
Madu lebah bisa
mengucur
Bisa ular bisa
menyembur
Dari rongga itu
Laknat bisa kau
tembakkan
pujian bisa kau
hamburkan
Dari rongga itu
Perang bisa kau
canangkan
Perdamaian bisa kau
ciptakan
Dari rongga itu
Orang bisa sangat
jelas melihat dirimu
Rongga itu milikmu
Terserah
kau.
(7)
Judul : Hanien
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Mestinya malam ini
bisa sangat istimewa
seperti dalam mimpi-mimpiku
selama ini
kekasih, jemputlah aku
kekasih, sambutlah aku
aku akan mengatakan kata-kata kerinduanku
dengan kata-kata biasa
dan kau cukup tersenyum memahami deritaku
lalu ku letakkan kepalaku yang penat
di haribaanmu yang hangat
kekasih, tetaplah di sisiku
kekasih, tataplah mataku
tapi seperti biasa
dari sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
sekian banyak dari yang mau kuadukan
diambilalih oleh air mataku
kekasih, dengarlah dadaku
kekasih, bacalah air mataku
malam ini belum juga
seperti mimpi-mimpiku
selama ini
malam ini
lagi-lagi kau biarkan sepi
mewakilimu.
(8)
Oleh: KH A Mustofa
Bisri
Merdeka!
Ohoi, ucapkanlah lagi
pelan-pelan
Merdeka
Kau ‘kan tahu
nikmatnya
Nyanyian kebebasan
Ohoi,
Lelaki boleh genit
bermanja-manja
Wanita boleh sengit
bermain bola
Anak muda boleh
berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh
berpacaran dimana saja
Ohoi,
Politikus boleh
berlagak kiai
Kiai boleh main film
semau hati
Ilmuwan boleh
menggugat ayat
Gelandangan boleh
mewakili rakyat
Ohoi,
Dokter medis boleh
membakar kemenyan
Dukun klenik boleh
mengatur kesejahteraan
Saudara sendiri boleh
dimaki
Tuyul peri boleh
dibaiki
Ohoi,
Pengusaha boleh
melacur
Pelacur boleh berusaha
Pembangunan boleh
berjudi
Penjudi boleh
membangun
Ohoi,
Yang kaya boleh
mengabaikan saudaranya
Yang miskin boleh
menggadaikan segalanya
Yang di atas boleh
dijilat hingga mabuk
Yang di bawah boleh
diinjak hingga remuk
Ohoi,
Seniman boleh
bersufi-sufi
Sufi boleh
berseni-seni
Penyair boleh
berdzikir samawi
Muballigh boleh
berpuisi duniawi
Ohoi,
Si anu boleh anu
Siapa boleh apa
Merdeka?
0 Comments:
Posting Komentar