Rabu, 10 Juli 2019

Rabu, Juli 10, 2019


KOLEKSI PUISI KH. MUSTOFA BISRI
(1)
IBU

Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu 

sekian lama
Kaulah kawah
darimana aku meluncur dengan perkasa

Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam

Kaulah, ibu, laut dan langit
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu

Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
menyampaikan kasih sayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
(Amiinn)

(2)
Judul : BAGAIMANA

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Bagaimana kau hendak menulis puisi dengan apa?
Huruf-huruf dan kata-kata telah aus
Digunakan terus menerus
Oleh tikus-tikus yang rakus
Meruapkan bau kakus

Bagaimana kau hendak menulis dengan apa?
Orang-orang tak bersukma
Yang nuraninya matirasa
Terus menerus mempergunkannya
Untuk menyembunyikan borok mereka

Bertapa sajalah
Seperti rumput
Bersama rumput
Siapa tahu esok pagi
Burung-burung bersedia lagi
Mengajari menyanyi
Sementara kalian berbagi
Embun pagi

(3)

Oleh: KH A Mustofa Bisri

o, damaiku, o resahku
o teduhku, o terikku
o gelisahku, o tentramku
o, penghiburku, o fitnahku
o harapanku, o cemasku
o tiraniku,
selama ini
aku telah menghabiskan umurku
untuk entah apa. di manakah
kau ketika itu, o, kekasih ?
mengapa kau tunggu hingga
aku lelah
tak sanggup lagi
lebih keras mengetuk pintumu
menanggung maha cintamu ?
benarkah
kau datang kepadaku
o, rinduku,
benarkah ?

(4)
Judul :  GURUKU
Oleh: KH A Mustofa Bisri 

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya

Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar

Ketika aku besar dan menjadi pintar

Kulihat dia begitu kecil dan lugu

Aku menghargainya dulu

Karena tak tahu harga guru

Ataukah kini aku tak tahu

Menghargai guru?



(5)
JUDUL : MELIHATMU

Oleh: KH A Mustofa Bisri

aku melihatmu
tersenyum bersama embun pagi
aku melihatmu
bernyanyi bersama burung-burung
aku melihatmu
bergerak bersama mentari bersama angin dan mega-mega
aku melihatmu
terbang bersama sekumpulan burung gereja
aku melihatmu
berenang bersama ikan-ikan dan lumba-lumba

aku melihatmu
meratap bersama mereka yang kelaparan
aku melihatmu
merintih bersama mereka yang kehausan
aku melihatmu
mengaduh bersama mereka yang kesakitan

aku melihatmu
berdendang bersama ibu yang meninabobokkan anaknya
aku melihatmu
melangkah bersama hamba yang berjuang menggapai citanya

aku melihatmu dalam gelap
aku melihatmu dalam terang
aku melihatmu dalam ramai
aku melihatmu dalam senyap
aku melihatmu
kau melihatku.

(6)
Oleh: KH A Mustofa Bisri

Di mukamu ada sebuah rongga
Ada giginya ada lidahnya
Lewat rongga itu semua bisa
kau masukkan ke dalam perutmu

Lewat rongga itu semua bisa kau tumpahkan
Lewat rongga itu air liurmu bisa
meluncur sendiri

Dari rongga itu
Orang bisa mencium bau apa saja
Dari wangi anggur hingga tai kuda

Dari rongga itu
Mutiara atau sampah bisa masuk bisa keluar
Membuat langit cerah atau terbakar

Dari rongga itu
mata air jernih bisa kau alirkan
Membawa kesejukan kemana-mana

Dari rongga itu
Kau bisa menjulurkan lidah api
Membakar apa saja

Dari rongga itu
Bisa kau perdengarkan merdu burung berkicau
Bisa kau perdengarkan suara bebek meracau

Dari rongga itu
Madu lebah bisa mengucur
Bisa ular bisa menyembur

Dari rongga itu
Laknat bisa kau tembakkan
pujian bisa kau hamburkan

Dari rongga itu
Perang bisa kau canangkan
Perdamaian bisa kau ciptakan

Dari rongga itu
Orang bisa sangat jelas melihat dirimu

Rongga itu milikmu
Terserah
kau.


(7)
Judul :  Hanien

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Mestinya malam ini 
bisa sangat istimewa 
seperti dalam mimpi-mimpiku 
selama ini

kekasih, jemputlah aku
kekasih, sambutlah aku

aku akan mengatakan kata-kata kerinduanku 
dengan kata-kata biasa
dan kau cukup tersenyum memahami deritaku
lalu ku letakkan kepalaku yang penat 
di haribaanmu yang hangat

kekasih, tetaplah di sisiku
kekasih, tataplah mataku

tapi seperti biasa 
dari sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
sekian banyak dari yang mau kuadukan 
diambilalih oleh air mataku

kekasih, dengarlah dadaku
kekasih, bacalah air mataku

malam ini belum juga
 seperti mimpi-mimpiku 
selama ini
malam ini 
lagi-lagi kau biarkan sepi 
mewakilimu.

(8)

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Merdeka!

Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan
Merdeka
Kau ‘kan tahu nikmatnya
Nyanyian kebebasan

Ohoi,
Lelaki boleh genit bermanja-manja
Wanita boleh sengit bermain bola
Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh berpacaran dimana saja

Ohoi,
Politikus boleh berlagak kiai
Kiai boleh main film semau hati
Ilmuwan boleh menggugat ayat
Gelandangan boleh mewakili rakyat

Ohoi,
Dokter medis boleh membakar kemenyan
Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan
Saudara sendiri boleh dimaki
Tuyul peri boleh dibaiki

Ohoi,
Pengusaha boleh melacur
Pelacur boleh berusaha
Pembangunan boleh berjudi
Penjudi boleh membangun

Ohoi,
Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya
Yang miskin boleh menggadaikan segalanya
Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk
Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk

Ohoi,
Seniman boleh bersufi-sufi
Sufi boleh berseni-seni
Penyair boleh berdzikir samawi
Muballigh boleh berpuisi duniawi

Ohoi,
Si anu boleh anu
Siapa boleh apa

Merdeka?




0 Comments:

Posting Komentar