Sabtu, 21 Mei 2011

Sabtu, Mei 21, 2011



REFLEKSI HARI KEBANGKITAN NASIONAL 20 MEI 2011,

Sepenggal jeritan seorang anak bangsa yang terpuruk oleh kemiskinan serta penderitaan
Suaranya hanya bisa melengking memecah langit, suara pasi yang tak didengar oleh siapapun , sekalipun oleh jin dan setan kapitalis yg telah merobek perut ibunya, oleh jin dan setan yang telah mengeruk isi perut ibu pertiwi


Indonesia tanah air deritaku derita bangsaku
Tanah air pusaka warisan derita para leluhur yang terkubur
Kampoeng halaman persada bunda , titisan ibu pertiwi nan luhur
Tanah harapan penuh perjuangan yang telah mengubur segala pengorbanan
Hitam darah merah darah yang tumpah tercecer di tanah pengabdian
Indonesia Tanah air mata dukaku, mata air deritaku, nelangsa negeriku
Disini nenek-moyangku tumbuh berkembang kemudian layu,
gugur satu tumbuh seribu mucul satu hilang beribu-ribu
menuai derita pilu sepanjang waktu

Oh Indonesiaku ; tanah airku tanah airmatamu,
Pusaka nenek moyangku pusaka nenek moyangmu
Kita masih dianggap seperti babubabu
Indonesia tanah pusaka tanah tumpah darah beta berdarah darah bernanah nanah
Dari sejak dahulu kala disiksa dan dijajah tak henti dimangsa serta dijarah

Disinilah aku berdiri, menatap matahari dengan sangsi
disini pula aku mati sendiri , tiada yang peduli

Indonesia jaya kata mereka ( kaum kapitalis )
Indonesia sengsara , nelangsa kataku
Siapakah yang menikmati hasil ? tentu mereka yang punya kapital
Bukan aku atau mereka yang tiada punya modal
Sementara kami dilarang mencetak uang sendiri
Sedangkan kami adalah kumpulan orang-orang marginal yang jauh terpental
Deforestasi hutan-hutanku tiada henti , hutan rimba gundul badai pun datang menyusul
Migas diexplorasi dan diexploitasi setiap hari oleh si tangan besi, berjuta juta barel, berjuta juta matrixton , siapakah diantara kita yang blo’on ?
bumi berguncang aku semakin nyeri meradang
hutang luar negeri beribu ribu trilyun , anak cucu semakin manyun

Indonesia tanah pusaka elok rupa elok pesona bak gadis jelita
Tiada dapat aku mempersunting tersebab aku tiada berpunya
Gemah ripah loh jinawi, pesona lintang zamrud khatulistiwa
Segitiga emas di lintang utara berkilau intan permata di negeri papua
Menyilaukan mata mengiang ngiang manja di telinga anak anak bangsa
Hanya milik mereka , tiada dapat kami mengecap rasa

Oh masihkah kalian bersuara merdu menyanyikan ” jayalah negeriku jayalah bangsaku ”?
” Hiduplah bangsaku hiduplah negeriku , untuk indonesia raya ?”

Teriakan merdeka yang lantang menyobek daun telinga terdengar sumbang

Dari sabang sampai merauke
Dari aceh hingga pulau angke
Dari subang hingga tanah ternate
Dari banten hingga batas daratan timor leste
Ah , masih saja kere

Indonesia tanah air mata deritaku, derita bangsaku
Dari zaman dahulu selalu menanggung nestapa hingga ke anak cucu
Dengan suara lirih bathin merintih aku bergumam :

” bangkitlah negeriku bangkitlah bangsaku
usaplah air mata derita tanah tumpah darah ibu
untuk indonesiaku ”

 @ Senandung Jiwa Nyanyian Pengembara @



Bintang Kejora II 21 Mei 2011

0 Comments:

Posting Komentar