Jumat, 03 Juni 2011

Jumat, Juni 03, 2011

JAKARTA JAKARTA

Jakarta oh Jakarta
Pusat ibukota , pusaran air nusantara
titik aksara bumi bangsa
Menabur derita-derita
di dada Anak-anak bangsa

Jakarta oh jakarta
lebih kejam dari yang kalian kira
tiadakah rasa iba di dada kalian wahai penguasa?
kami yang di daerah diluar pulau jawa menanggung nyeri luka
selalu dikebiri hanya tinggal tulang-tulang dibalut kulit ari
Kau hanya lebih memikirkan perut nasimu sendiri
Sementara disini asap dapur hampir tak mengepul lagi
Sebab segala tanaman serta isi bumi di tanah pusaka ini
telah menjadi abu , debu dan polusi


Kau besarkan buncit perutmu yang besar
Sementara kami disini telah lama terkena busung lapar
Tertatih tatih menyeret luka kaki yang semakin memar
Perut kami buncit bukan karena kekenyangan
Tetapi karena kami selalu keroncongan
kekurangan gizi kekurangan sandang dan pangan
tertinggal jauh dari laju pembangunan

Jakarta oh jakarta
Kau telah lama menganggap kami sebagai budakmu
Keringat kami kau peras,
rumah rumah yang dianggap liar kalian gusur
lihatlah tangisan anak kecil dan kaum pinggiran menjerit duka

" ibu kenapa rumah kita digusur ? bukankah kita telah membayar pajak pungutan ? " 

tanah air bumi pusaka kami kau keruk dan kau kuras
Sementara kau hanya meniyisakan kerak kerak
Serta sisa sisa untuk anak cucu kelak


Begitu jauh jarak  merintangi, oh ibukota metropolitan
Namun hingga kini belum jua kau bentang jembatan keadilan


Kalian sibuk membangun gedung gedung pencakar langit ,
pusat pusat perbelanjaan , jalan jalan tol dan jembatan layang
Sementara disini, kami kau biarkan terjengkang telanjang terbuang


Kapankah kalian bentang jembatan ketidakadilan dinegeri serumpun ini?


Di zaman globalisasi, era demokrasi dalam gaung reformasi
Ternyata keadilan tak ubah seperti kongkow kongkow dikedai kopi
Ketawa ketiwi sambil minum kopi penuh basa basi,
bayar sendiri sendiri

Kami disini berkutat membangun jembatan jembatan kecil,
membangun negeri dengan serpihan serpihan dekil
sementara disana kalian sibuk membangun kesenjangan
memungut butir butir nasi dari piring kami menyisakan bekasbekas jilatan kalian tuan tuan


jangan kalian tanya tentang keadilan
sebab keadilan hanya milik si tuan polan
sebab keadilan jauh dari keniscayaan
hanya sebuah slogan

@ senandung jiwa nyanyian pengembara @
Bintang Kejora II , Pelalawan 3 Juni 2011

0 Comments:

Posting Komentar