Rabu, 23 November 2011

Rabu, November 23, 2011

Menulis Di Otak : 5.4 Malas, Menulislah

 

oleh Ersis Warmansyah Abbas pada 19 November 2011

BUNUH. Begitu banyak kata malas diucapkan atau diketik sebagai alasan ketidakmampuan, bagi pemalas, dijadikan ‘nujum’ pembenaran. Malas penyakit diri yang tidak ada kaitannya dengan orang lain. Malas urusan kejiwaan. Bisa jadi, ‘persiapan’ menuju sakit jiwa. Malas bersarang di lubuk jiwa. Ada kehendak sangat kuat, tetapi tidak mau melakukan. Akibatnya, terjadi pertentangan dalam diri.

Antara keinginan, dalam hal ini menulis, dengan kemampuan bak siang dengan malam dimakan malas. Malas menghambat pengembangan potensi, membunuh kesempatan belajar, meraih pengalaman, berbuat lebih baik, dan bla-bla. Sangat mendenda. Sungguh bodoh memelihara, apalagi memfasilitasi malas.

Lebih parah, memelihara kemalasan, eit dijadikan pecundang. Malas dijadikan pembenaran untuk tidak melakukan atau berbuat. Kalau tidak menanam pohon bagaimana memetik buah. Kecuali, mendapatkan dengan cara lain. Akibat paling buruk, menciptakan pertentangan dalam diri yang merusak diri. Sadar atau tidak, disengaja atau bukan.

Solusinya sederhana. Kalau tidak mau melakukan sesuatu, tidak mau belajar, tidak mau membenahi kemampuan, ya sudah. Bunuh kehendak. Pasti jiwa tertenang. Malas tidak berguna lagi, tidak manfaat dijadikan pembenaran tidak mau dan tidak mampu. Sederhana. Bunuh keinginan. Selesai. Sederhana bukan?

MEMBUNUH MALAS ;
Dalam menulis, untuk membunuh malas menulis, jangan membunuh orangnya, tetapi manakala melakukan menulis otomatis malasnya terbunuh. Malas alasan untuk tidak melakukan alias enggan berbuat. Menulis musuhnya.

Jangankan hanya malas, penyakit kejiwaan yang sederhana itu, kalaupun seseorang putus asa, kehilangan harapan, manakala menulis tentang keputusasaan, atau menulis dalam keputusasaan, berarti melakukan, dan jelas hasilnya, tulisan. Terobati sikap malas dan keputusasaan.

Perhatikan mereka yang berperilaku bodoh. Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun mengidap penyakit malas menulis, penyakit takut menulis, penyakit rendah diri menulis, dan sejenisnya. Pikiran, perasaan, kemampuan dipurukkan dalam penyakit tersebut. Tidak melawannya. Bagaimana melawannya?

Ya, itu tadi. Tulis tentang kenapa malas melakukannya. Pasti menjadi tulisan tentang malas. Jangan dipikirkan malasnya, tetapi melakukan sesuatu untuk melawan malas. Sekali lagi, malas karena enggan melakukan. Melakukan adalah musuh terbesar malas. Sebelum tumor malas merambah, berhati-hatilah, jangan sampai teridap penyakit malas bernafas. Percayalah, kalau malas sedemikian dilayani, bisa out Bro.

Sekali lagi, kalau malas menulis, menulislah tentang malas menulis. Pasti menjadi tulisan, dan malasnya ‘malu’, enyah entah kemana. Memahami kemalasan berarti menanam pancang membunuh malas.


0 Comments:

Posting Komentar